Ikatan Keluarga Pelajar Belitong (IKPB)
Cabang Yogyakarta merupakan sebuah organisasi yang boleh dikatakan sudah cukup
mapan. Jika yang dijadikan sebagai parameternya adalah usia organisasi.
Mengingat pada tanggal 13 Mei 2018 mendatang IKPB sudah berusia 63 tahun.
IKPB sebagai sebuah organisasi
mahasiswa yang berazaskan kedaerahan, memiliki anggota yang secara kuantitas
dan kualitas sangat membanggakan. Sebagian diantara anggota IKPB juga aktif di
dalam organisasi pergerakan maupun organisasi intra kampus. Bahkan tak jarang
di antaranya berhasil menduduki jabatan-jabatan strategis seperti ketua, wakil,
sekretaris jendral dll.
Selain itu keanggotaan dalam IKPB antar
laki-laki dan perempuan hampir sama jumlahnya. Hal itu terlihat dari hasil
sensus IKPB dan kegiatan-kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh IKPB. Tidak nampak
kesenjangan kuantitas dan kualitas antar laki-laki dan perempuan.
Hal tersebut dikarenakan di dalam IKPB
sendiri tidak pernah ada daya upaya untuk mendiskrimasikan anggota dari kaum
hawa. IKPB memandang semua anggota sama kedudukannya. Tanpa melihat gender-nya laki-laki atau perempuan. Negara
tidak pernah membeda-bedakan hak dan kewajiban warga negara antar laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya kewajiban membayar pajak, wajib belajar 9 tahun dll. Begitupun
di dalam ber-IKPB tidak ada jurang pembeda antar laki-laki dan perempuan. Semua
memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai anggota seperti yang tertuang di
dalam AD dan ART IKPB.
Oleh karena itulah IKPB memiliki
anggota yang nyaris sama kuantitasnya antar laki-laki dan perempuan. Dalam
struktur kepengurusan IKPB juga jelas terlihat keseimbangan kuantitas laki-laki
dan perempuan. Kesetaraan atau keseimbangan antara laki-laki dan perempuan di
dalam IKPB sebetulnya tidak hanya secara kuantitas melainkan juga secara
kualitas.
Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa
jabatan-jabatan strategis di IKPB diisi oleh kaum hawa. Seperti jabatan sebagai
ketua IKPB ataupun kepala-kepala divisi mampu diemban dengan baik oleh kaum
hawa di dalam IKPB itu sendiri. Sebagai contoh seperti pada IKPB Cabang
Semarang yang saat ini ketuanya adalah perempuan yaitu saudari Ifna yang juga
merupakan mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
Hal tersebut membuktikan bahwa kaum
hawa juga mampu meraih dan mengemban amanah dengan baik ketika berada dalam
jabatan strategis di dalam IKPB. Dalam Negara yaitu Indonesia sendiri, saat ini
kaum hawa ada yang menduduki jabatan-jabatan strategis seperti menjadi menteri
atau duta besar. Bahkan di Indonesia sendiri sudah pernah di pimpin oleh
seorang presiden perempuan. Selain itu juga ada yang atas perjuangannya dan
kegigihannya dalam menumbuh kembangkan emansipasi wanita dikemudian hari
diangkat oleh Negara menjadi tokoh pahlawan nasional. Seperti R.A Kartini yang
terkenal dengan emansipasi wanitanya serta buku yang berjudul “Habis Gelap
Terbitlah Terang”
Emansipasi wanita yang ditumbuh
kembangkan oleh R.A Kartini sejak dahulu melalui buku fenomenalnya yang terbit
pada tahun 1911 itu. Hingga kini merasuki jiwa-jiwa perempuan Indonesia untuk
menjadi lebih baik lagi, menjadi Kartini jaman
now. Termasuk perempuan-perempuan atau mahasiswi-mahasiwi di dalam IKPB
ikut tersulut semangat emansipasi Kartini.
Terwujudnya emansipasi wanita dalam
IKPB seperti saat ini, dikarenakan atas kesadaran, kemauan, dan kebulatan tekat
dari Kartini-Kartini di IKPB untuk menjadi insani yang lebih baik lagi dengan
semangat emansipasi. Hadirnya sosok kartini di dalam IKPB juga dapat dijadikan
motivasi khususnya bagi pelajar puteri di pulau Belitong dan mahasiswi asal
pulau Belitong pada umumnya.
Yogyakarta, 7 April 2018